Hallo !!! Hiji Carios adalah blog personal yang berisi berbagai informasi menarik dan bermanfaat

Kupat Panawangan, Sejarah Ketupat Dan Filosofinya

Panawangan merupakan suatu nama desa dan kecamatan di wilayah Ciamis bagian utara yang merupakan daerah yang berhawa sejuk.

Oleh-oleh makanan khas Panawangan yang paling terkenal yaitu opak dan kupat/ketupat. Sehingga Panawangan juga dikenal sebagai kota kupat.

Ketupat merupakan makanan khas yang identik dengan hati raya Lebaran atau Idul Fitri. Sangat enak sekali jika disantap dengan opor ayam.

Sepintas bentuk kupat Panawangan sama saja dengan ketupat biasanya.

Namun kupat Panawangan begitu dikenal karena memiliki perbedaan dari ketupat-ketupat daerah lain, rasanya yang enak, legit dan kuat bertahan lebih lama dari ketupat biasa meskipun tanpa bahan pengawet.



Bentuk ketupat yang persegi 5 ini memiliki arti dan falsafah bagi kehidupan masyarakat Panawangan.

Bentuk segi 5 ini mengajarkan supaya dalam mengarungi hidup ini manusia itu harus "masagi" yang berdasar pada keinginan, keterampilan, keuletan, kasih sayang serta harta benda.

Kelima falsafah hidup ini akan menjadi kuat jika diikat dengan konsep saling asah, saling asih dan saling asuh baik laki-laki maupun perempuan. Konsep ini disimbolkan dengan anyaman daun kelapa yang mengikat dalam ketupat.

Nah jika ingin membeli kupat Panawangan bisa berkunjung ke pasar Panawangan yang letaknya berada di jalur jalan raya Tasik - Cirebon.

Sejarah, Arti dan Filosofi Ketupat

Baik dalam masyarakat Jawa maupun Sunda ketupat ini disebut dengan kupat.

Ketupat merupakan makanan khas Idul Fitri yang berasal dari Jawa.

Menurut beberapa sumber, konon yang mempelopori dan memperkenalkan ketupat pertama kali pada masyarakat Jawa adalah Sunan Kalijaga.

Saat itu Sunan Kalijaga memperkenalkan budaya 2 kali Bakda, yakni Bakda Lebaran dan Bakda Kupat yang waktunya dimulai seminggu setelah lebaran.

Arti Kata Ketupat

Di dalam masyarakat Jawa, ketupat ini memiliki filosofi dan makna khusus.

Ketupat atau kupat merupakan singkatan dari Ngaku
Lepat (mengakui kesalahan) dan Laku Papat (empat tindakan).

Ngaku Lepat

Yang merupakan implementasi dari ngaku lepat di dalam masyarakat Jawa yaitu tradisi sungkeman.

Tradisi sungkem ini mengajarkan akan pentingnya menghormati orang tua, memohon ampunan dan keikhlasan dari orang lain serta bersikap rendah hati.

Laku Papat

>> Lebaran

Sudah usai. Ini menandakan telah berakhirnya waktu melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadlan.

>> Luberan

Meluber atau melimpah. Yang merupakan ajakan untuk bersedekah kepada kaum miskin dan menunaikan zakat fitrah.

>> Leburan

Sudah habis dan lebur. Maksudnya semua dosa dan kesalahan akan melebur habis karena umat Muslim saat lebaran dituntut untuk bisa saling memaafkan satu sama lainnya.

>> Laburan

Asal kata labur (penggunaan kapur untuk menjernihkan air atau pemutih dinding yang terbuat dari bilik).

Maksud dari makna laburan disini yaitu agar manusia selalu menjaga kesucian lahir batin.

Filosofi Kupat dan Lepet

Kupat

Mengapa kupat dibungkus dengan janur?

Sebenarnya kata janur ini diambil dari bahasa Arab Ja'a nur (telah datang cahaya).

Bentuk fisik ketupat yang segi empat ini diibaratkan hati manusia.

Jika seseorang sudah mengakui akan kesalahannya, maka hatinya akan seperti ketupat yang dibelah. Saat dilihat isinya pasti putih bersih.

Dan hati yang bersih tidak akan ada rasa iri dan dengki di dalamnya.

Kenapa bisa bersih? Karena hatinya telah dibungkus dengan cahaya (Ja'a nur)

Lepet

Lepet merupakan kependekan dari silep kang rapet.

Mangga dipun silep ingkang rapet (mari kita tutup yang rapat / kubur).

Jadi sesudahnya ngaku lepat (salah), lalu meminta maaf, menutup kesalahan yang telah dimaafkan, maka jangan diulangi lagi supaya persaudaraan bisa terjalin semakin erat ibarat lengketnya ketan dalam lepet.

Demikianlah postingan tentang kupat Panawangan, asal usul ketupat serta arti dan filosofinya di dalam masyarakat Sunda khususnya Panawangan dan Jawa yang merupakan daerah asalnya.

Artikel ini dirangkum dari berbagai sumber. Khususnya tentang sejarah ketupat dari fanpage Facebook, Madras Ribath.

Semoga bermanfaat...