Hallo !!! Hiji Carios adalah blog personal yang berisi berbagai informasi menarik dan bermanfaat

Dahsyatnya Kekuatan Senyuman Dan Berbagi Kebaikan

Kali ini Hiji Carios akan menceritakan kembali sebuah kisah nyata yang dialami oleh seorang ibu yang memiliki 3 orang anak asal Indonesia yang pernah belajar dan bermukim di Jerman.

Kisah ini sangat menarik dan layak untuk dipelajari, direnungkan dan diambil hikmahnya.


Saat tingkat akhir, ada kelas terakhir yang harus dia ambil untuk menyelesaikan studinya, yaitu mata kuliah Sosiologi.

Dari kelas tersebut sang dosen memberikan tugas akhir yang diberi nama "Smiling".

Intinya, seluruh siswa harus memberikan senyuman kepada 3 orang yang tidak mereka kenal yang ditemui di jalan serta mendokumentasikan reaksi dari mereka.

Hasil observasi lapangan tersebut nantinya harus dipresentasikan di depan kelas.

Si ibu tersebut merasa tugas itu sangat mudah karena dia berpikir bahwa dia adalah orang yang bersahabat serta selalu tersenyum kepada setiap orang.

Setelah menerima tugas tersebut, si ibu bergegas menemui suami dan anak bungsunya yang sudah menunggunya di taman kampus. Kemudian mereka pergi ke Mc Donald yang berada di area kampus tersebut.

Udara di pagi itu sangat dingin dan kering. Saat suaminya akan masuk dalam antrian, dia meminta supaya dia saja yang masuk antrian dan suaminya disuruh menemani anaknya sambil mencari tempat duduk.

Saat dalam antrian, tiba-tiba orang-orang yang ada di sekitarnya menyingkir, bahkan semua orang yang antri di belakangnya pun ikut keluar dari antrian.

Si ibu merasa panik saat melihat semua orang menyingkir dan berpikir dalam hatinya kenapa mereka semua menyingkir.

Saat membalikan badan dia mencium bau badan kotor yang sangat menyengat. Ternyata bau tersebut datang dari dua orang tunawisma yang dekil di belakangnya.

Si ibu mulai bingung dan tak mampu bergerak sama sekali. Dan saat menunduk tanpa disengaja dia menatap mata laki-laki yang lebih pendek dan ia sedang tersenyum ke arahnya.

Laki-laki yang bermata biru dengan sorot mata yang tajam, namun memancarkan kasih sayang.

Sambil menatap ke arah si ibu, lelaki itu seolah-olah berharap supaya dia bisa menerima kehadirannya di tempat itu. Kemudian ia menyapa "Good day..!!!" sambil tetap tersenyum.

Dengan spontan si ibu membalas senyuman lelaki bermata biru tersebut. Dan seketika dia teringat akan tugas yang telah diberikan dosennya.

Lelaki kedua di belakang lelaki bermata biru sedang memainkan tangannya dengan gerakan yang aneh. Dan ternyata lelaki kedua ini menderita penyakit defisiensi mental, dan lelaki bermata biru itu adalah penolongnya.

Si ibu merasa prihatin dan saat itu tak terasa di dalam antrian hanya tinggal mereka bertiga yang sudah berada di depan counter.

Saat penjaga counter menanyakan pada si ibu apa yang akan dipesannya, dia mempersilahkan kedua lelaki itu untuk memesan duluan.

Dan lelaki bermata biru itu hanya memesan secangkir kopi saja. Ternyata dari koin yang ia pegang hanya itulah yang bisa ia beli. (Menurut aturan restoran di Jerman, jika hanya ingin duduk dan menghangatkan tubuh di dalam restoran, maka harus membeli sesuatu).

Dan tampaknya kedua lelaki itu hanya ingin menghangatkan badan saja.

Si ibu merasa iba dan terpaku beberapa saat sambil matanya mengikuti langkah kedua lelaki itu yang sedang mencari tempat duduk yang terpisah dari tamu lainnya. Dan hampir semua orang yang ada di sana juga sedang mengamatinya.

Dan tanpa disadari semua mata yang ada di restoran tersebut menatap si ibu. Dan mereka semua melihat tindakan yang telah dilakukannya.

Si ibu mulai tersadar saat petugas counter menyapa yang ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin dipesan si ibu.

Dia lalu tersenyum dan meminta 2 paket makan pagi diluar pesanannya dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semuanya, dia meminta bantuan pelayan untuk mengantarkan nampan pesanannya ke meja tempat suami dan anaknya.

Sementara dia membawa nampan berisi paket makan pagi di luar pesanannya dan membawanya ke meja kedua lelaki tadi.

Sambil meletakan makanan, si ibu meletakan tangannya di tangan lelaki bermata biru yang dingin sambil berkata "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua".

Lelaki bermata biru itu kembali menatap sangat dalam si ibu dan matanya mulai basah dan berkaca-kaca. Dia hanya mampu berkata "Terimakasih banyak, nyonya..."

Si ibu berusaha untuk menguasai diri sambil menepuk bahu lelaki itu dan berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Allah juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."

Mendengar ucapannya, lelaki bermata biru tak kuasa menahan haru dan memeluk temannya sambil terisak-isak.

Saat itu si ibu mulai tak kuasa menahan tangis dan dia membayangkan ingin sekali merungkuh kedua lelaki tersebut.

Si ibu berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anaknya yang tak jauh dari meja mereka.

Ketika duduk suaminya mencoba untuk mereda tangisan istrinya, sambil tersenyum kemudian ia berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan keteduhan bagi diriku dan anak-anakku...!!!"

Sambil berpegangan tangan suami istri itu pun menyadari dan bersyukur karena hanya dengan bisikan-Nya dia mampu memanfaatkan kesempatan untuk berbuat baik kepada orang yang benar-benar membutuhkan.

Saat si ibu dan keluarganya sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran kemudian disusul oleh beberapa tamu yang lain, mereka satu persatu menghampiri mejanya untuk sekedar berjabat tangan.

Dan salah satu diantara mereka, seorang bapak, memegang tangan si ibu sambil berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan oleh-Nya, saya akan melakukan seperti yang telah Anda contohkan tadi pada kami."

Si ibu hanya bisa menjawab terima kasih sambil tersenyum.

Sebelum pergi meninggalkan restoran si ibu menyempatkan untuk menoleh kearah kedua lelaki tadi.

Seolah ada magnet yang menghubungkan batin mereka, maka lelaki bermata biru pun langsung menoleh kearah si ibu sambil tersenyum dan melambaikan tangannya kearah si ibu dan keluarganya.

Dalam perjalanan pulang si ibu merenungkan apa yang telah dia lakukan pada kedua orang tunawisma tadi, yang mana tindakan tadi tidak pernah terpikirkan olehnya. Dan pengalaman tersebut dijadikan karya tulis dari tugas akhirnya kemudian menyerahkan pada dosennya.

Keesokan harinya, sebelum memulai kuliah si ibu dipanggil oleh dosennya ke depan kelas dan sang dosen meminta ijin untuk membacakan paper-nya di depan teman-temannya. Dengan senang hati si ibu mengiyakan.

Sang dosen pun meminta perhatian dari mahasiswanya karena dia akan membacakan paper karya salah satu mahasiswanya.

Saat dosen membacakannya, kelas pun hening dan semua mendengarkannya dengan seksama.

Dengan gaya bahasa yang dimiliki sang dosen saat membacakan cerita, semua mahasiswa yang mendengarnya seolah-olah ikut melihat secara langsung kejadian sesungguhnya. Sehingga para mahasiswa yang duduk dekat si ibu langsung menghampirinya untuk mengungkapkan rasa harunya.

Diakhir pembacaan ceritanya, si dosen sengaja menutup cerita dengan mengutip salah satu kalimat yang ditulis si ibu diakhir karya tulisnya.

"Tersenyumlah dengan hatimu, dan kau akan mengetahui betapa dahsyat dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan pengalaman itu, Allah telah menggunakan si ibu untuk menyentuh hati orang-orang yang ada di sekitar suaminya, anaknya, gurunya, serta setiap mahasiswa yang menghadiri kuliah di malam terakhirnya sebagai mahasiswi.

Dia lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah dia dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "Penerimaan tanpa syarat."

Semoga bagi yang membaca cerita ini bisa mengambil pelajaran dan hikmah untuk selalu menolong orang yang membutuhkan tanpa melihat siapa mereka.

Dan hanya berawal dari senyuman bisa memberikan reaksi yang dahsyat bagi orang sekitar. Senyum itu ibadah...